“Yang walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang
harus dipertahankan” (Filipi 2:6).
Anak Allah adalah
satu-satunya korban yang agung untuk sepenuhnya memenuhi tuntutan hukum Allah
yang sempurna. Para malaikat memang tidak berdosa tetapi tidak senilai dengan
hukum Allah. Mereka menuruti hukum....Mereka adalah makhluk ciptaan dan
mengalami masa pencobaan. Pada Kristus tidak diberikan persyaratan. Ia memiliki
kekuasaan untuk meletakkan kehidupan-Nya dan mengambilnya lagi. Tidak ada
kewajiban dibebankan pada-Nya untuk mengambil tugas penebusan. Itu adalah
pengorbanan yang sukarela. Kehidupan-Nya cukup bernilai untuk menyelamatkan
orangorang berdosa dari kondisi mereka yang berdosa....
Persembahan korban dan
keimamatan sistem Yahudi ditetapkan untuk menggambarkan kematian dan pekerjaan
pengantaraan Kristus. Semua upacara itu tidak memiliki arti dan kebaikan, hanya
bila dihubungkan dengan Kristus, yakni Diri-Nya Sendirilah yang menjadi
landasannya, dan yang membuat seluruh sistem itu ada. Tuhan telah memberitahu
Adam, Habel, Set, Henokh, Nuh, Abraham, dan tokoh-tokoh kuno, terutama Musa,
bahwa system upacara korban dan keimamatan itu sendiri tidak cukup untuk
memberikan keselamatan satu jiwa.
Sistem persembahan korban
mengarah pada Kristus. Melalui ini, para tokoh kuno melihat Kristus dan percaya
kepada-Nya. Ini semua ditetapkan dari surga untuk mengingatkan pada manusia
tentang perpisahan yang menakutkan yang dibuat dosa antara Allah dan keluarga
manusia, yang memerlukan satu pelayanan pengantaraan. Melalui Kristus
komunikasi yang terputus karena pelanggaran Adam terbuka antara Allah dan orang
berdosa....
Sistem Yahudi itu bersifat
simbolis dan harus dilanjutkan sampai Korban yang sempurna menggantikan yang
dilambangkannya.... Umat Allah, sejak zaman Adam sampai masa ketika Bangsa
Israel menjadi umat yang terasing dan berbeda dari dunia, telah diberitahu
tentang Penebus yang akan datang, yang dilambangkan oleh persembahan korban
mereka. Juruselamat ini akan menjadi pengantara, berdiri di antara Yang
Mahatinggi dan umat-Nya. Melalui cara ini, satu jalan terbuka di mana orang
berdosa bisa menemukan jalan masuk kepada Allah melalui pengantaraan yang
lain....Kristus sajalah yang dapat membuka jalan itu dengan memberikan
persembahan yang setara dengan tuntutan hukum Ilahi. Ia itu sempurna dan tidak
ternoda oleh dosa. Ia tanpa cacat atau cela. —Review and Herald, 17 Des. 1872.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar