Sabtu, 11 Agustus 2012

12 Agustus - KITAB SUCI ADALAH PEDOMAN KRISTUS



“Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya” (Lukas 2:47).

Mereka [para rabi] mengetahui bahwa Ia jauh lebih pintar dari mereka dalam hal pemahaman rohani dan bahwa Ia menjalani kehidupan yang tanpa kesalahan, namun mereka marah pada-Nya karena Ia tidak mau melanggar keyakinan-Nya dengan menuruti perintah mereka. Karena gagal meyakinkan Dia bahwa Ia harus menganggap tradisi manusia itu suci, maka mereka datang kepada Yusuf dan Maria dan mengeluhkan bahwa Yesus sedang mengambil jalan yang salah dalam hal kebiasaan dan tradisi mereka. Yesus mengetahui bagaimana rasanya mempunyai keluarga yang terpecah melawan Dia karena keyakinan agama-Nya. Ia menyukai kedamaian; Ia menginginkan kasih dan keyakinan dari anggota keluarga-Nya; tetapi Ia mengetahui seperti apa rasanya tidak mendapat kasih sayang dari mereka. Ia dimarahi dan dicela karena mengambil jalan lurus dan tidak mau melakukan kejahatan karena yang lain melakukan kejahatan, karena mereka menganggap perkataan manusia lebih tinggi daripada perkataan Allah karena mereka menyukai pujian manusia lebih daripada pujian Allah.

Yesus senantiasa menjadikan Kitab Suci bahan pelajaran-Nya; dan ketika para ahli Taurat dan Farisi mencoba membuat-Nya menerima doktrin-doktrin mereka, maka mereka mendapati Dia siap menghadapi mereka dengan Firman Allah, dan mereka tidak dapat melakukan apa pun untuk meyakinkan Dia bahwa mereka itu benar. Ia mengetahui Kitab Suci mulai dari awal sampai akhir dan mengulanginya sedemikian rupa agar makna sesungguhnya bersinar....Mereka marah karena Anak ini berani meragukan perkataan mereka, padahal tugas mereka mempelajari dan menjelaskan Kitab Suci....

Saudara-saudara-Nya mengancam Dia dan berusaha memaksa Dia mengambil jalan yang salah, tetapi Ia tetap teguh membuat Kitab Suci menjadi pedoman-Nya. Sejak saat orangtua-Nya mendapati Dia di bait suci menjawab dan mengajukan pertanyaan di tengah para doktor, mereka tidak dapat mengerti tingkah laku-Nya. Tenang dan lembut, Ia kelihatannya seorang yang terasing. Kapan pun Ia bisa, maka Ia akan pergi sendirian ke ladang untuk bersekutu dengan Allah Pencipta alam. Ketika tugas-Nya sudah selesai, Ia berjalan-jalan di tepi danau, dan di perbukitan hijau di mana Ia dapat memikirkan Allah dan mengangkat jiwa-Nya ke surga dalam doa. Setelah satu waktu berlalu, Ia akan kembali ke rumah-Nya untuk kembali melakukan tugas-tugas bersahaja dalam kehidupan-Nya dan memberikan teladan bekerja dengan sabar kepada semua orang. Youth’s Instructor, 5 Des. 1895.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar