“Orang itu keluar,
lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah
menyembuhkan dia” (Yohanes 5:15).
Saat orang yang baru
disembuhkan itu berjalan dengan langkah cepat dan tegap, kuat dengan kesehatan
yang diperbarui, air mukanya bersinar dengan pengharapan dan sukacita, ia
berjumpa dengan orang-orang Farisi, yang memberitahu dia dengan lagak suci,
bahwa membawa-bawa alas tidurnya itu tidak sesuai dengan hukum hari Sabat.
Tidak ada sukacita terhadap kelepasan tawanan yang sudah lama terkungkung itu,
tidak ada pujian syukur bahwa Dia yang ada di tengah mereka yang dapat menyembuhkan
semua jenis penyakit. Tradisi-tradisi mereka telah diabaikan, dan ini menutup
mata mereka kepada semua bukti kekuatan Ilahi.
Karena fanatik dan merasa
diri benar, mereka tidak mau mengakui bahwa mereka bisa saja salah mengerti
rancangan yang sesungguhnya dari Sabat. Gantinya mengritik diri sendiri, mereka
justru memilih untuk mengutuk Kristus. Kita menemui orang-orang dengan roh yang
sama sekarang ini, yang dibutakan oleh kesalahan namun memuji diri mereka
sendiri bahwa mereka itu benar, dan semua yang berbeda dari mereka itu yang
salah.
Pria yang telah mengalami
mukjizat itu tidak ikut berdebat dengan para penuduhnya. Ia menjawab dengan
sederhana, “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku:
Angkatlah tilammu dan berjalanlah.”...
Ketika orang-orang Yahudi
diberitahu bahwa Yesus dari Nazaretlah yang telah melakukan mukjizat
penyembuhan, mereka terang-terangan berusaha membunuh-Nya, “karena Ia melakukan
hal-hal itu pada hari Sabat.” Orang-orang berlagak alim ini begitu bersemangat
dengan tradisi-tradisi mereka sehingga untuk mempertahankannya mereka mau
melanggar hukum Allah!
Atas tuduhan-tuduhan
mereka, Yesus dengan tenang menjawab,... “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka
Aku pun bekerja juga.” Jawaban ini menambah dalih lain untuk menghukum Dia. Pembunuhan
ada dalam hati mereka, dan mereka hanya menunggu-nunggu alasan yang tepat untuk
mengambil nyawa-Nya. Tetapi Yesus dengan teguh terus-menerus menegaskan
kedudukan-Nya yang benar. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan
sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya;
sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.”...
Allah merancang agar semua
orang percaya, bukan karena tidak ada kemungkinan keragu-raguan, tetapi karena
ada banyak bukti melimpah bagi iman. Signs of the Times, 8 Juni 1882.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar