“Lalu sampailah
Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus
kepada murid-murid-Nya: ‘Duduklah di sini, sementara Aku berdoa’” (Markus 14:32).
Ketika Kristus meninggalkan
murid-murid-Nya, meminta mereka berdoa untuk diri mereka sendiri dan bagi-Nya,
Ia memilih tiga orang, Petrus, Yakobus, dan Yohanes, dan pergi lebih jauh ke
dalam taman untuk menyendiri.Ketiga murid ini telah bersama Dia sewaktu Dia
dipermuliakan; mereka telah melihat tiga tamu surgawi, Musa dan Elia, berbincang-bincang
dengan Yesus, dan Kristus menginginkan kehadiran mereka pada kesempatan ini
juga....
Kristus mengekspresikan
keinginan-Nya terhadap simpati manusia dan kemudian mengasingkan Diri-Nya dari
mereka sekitar sejauh lemparan batu. Setelah jatuh bertelut, Ia berdoa, “Ya,
Bapa, jika mungkin biarlah cawan ini berlalu daripada-Ku: tetapi biarlah
kehendak-Mu yang jadi, bukan kehendak-Ku.”
Di akhir jam itu, Yesus,
yang merasa memerlukan simpati manusia, bangkit dari tanah dan berjalan
sempoyongan ke tempat di mana Ia meninggalkan ketiga murid-Nya.... Ia rindu
mendengar kata-kata dari mereka yang akan membawa kelegaan bagi-Nya dalam
penderitaan-Nya. Tetapi Ia kecewa. Mereka tidak memberikan bantuan yang Ia perlukan
dari mereka. Gantinya, Ia “mendapati mereka tertidur.”
Tepat sebelum Ia melangkahkan
kaki ke taman, Yesus berkata kepada para murid-Nya, “Kamu semua akan tergoncang
imannya karena Aku malam ini”; dan mereka telah memberikan jaminan paling kuat
kepada Kristus bahwa mereka tidak akan pernah meninggalkan Tuhan mereka, bahwa
mereka akan pergi ke penjara bersama Dia, dan jika perlu akan menderita dan
mati bersama Dia. Dan Petrus yang malang yang merasa diri puas menambahkan,
“Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.” Tetapi para murid percaya
pada kekuatan mereka sendiri’ mereka tidak memandang pada Penolong ajaib, sebagaimana
yang dinasihatkan Kristus untuk dilakukan.... Sekalipun Petrus yang bersemangat
tinggi itu, yang baru beberapa jam sebelumnya telah menyatakan mau mati bersama
Tuhannya, sedang tertidur....
Sekali lagi Anak Allah
tercekam oleh penderitaan yang teramat sangat berat, Ia terhuyung-huyung
kembali ke tempat pergumulan sebelum-Nya....Sekarang suara-Nya terdengar kepada
mereka di tengah udara malam yang tenang, tidak dalam nada kemenangan tetapi
penuh dengan penderitaan manusia.... Meskipun dosa merupakan hal mengerikan
yang telah membuka pintu air bah kesengsaraan dunia, Ia akan menjadi pendamai
satu umat yang telah berdosa. Signs of the Times, 2 Des. 1897.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar