Jumat, 07 Desember 2012

9 Desember - SABAT TUHAN ALLAH



“Hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu” (Keluaran 20:10).

Ketika Allah menciptakan bumi dan menempatkan manusia di atasnya, Ia membagi waktu menjadi tujuh periode. Enam diberikan-Nya untuk kita gunakan sendiri, untuk dipakai dalam bisnis sekular; satu Ia asingkan untuk Diri-Nya Sendiri. Setelah beristirahat pada hari ketujuh, Ia memberkati dan menyucikannya. Dengan demikian, hari ketujuh harus dianggap sebagai hari perhentian Tuhan dan dipelihara dengan khidmat sebagai peringatan atas karya cipta-Nya. Bukan hari pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, atau keenam yang disucikan, atau diasingkan untuk penggunaan yang suci; tidak juga bagian ketujuh dari waktu dan tidak hari yang khusus; tetapi hari ketujuh, hari di mana Allah berhenti....

Ketika hukum diberikan di Sinai, Sabat ditempatkan di tengah aturan moral, di tengah-tengah Hukum Sepuluh itu. Tetapi lembaga Sabat saat itu bukan untuk pertama kalinya diperkenalkan. Hukum keempat itu berasal mula pada Penciptaan. Hari perhentian Pencipta disucikan oleh Adam di Eden yang suci dan oleh umat Allah di sepanjang zaman para bapa. Selama tahun-tahun panjang perbudakan Israel di Mesir, di bawah para mandor yang tidak mengenal Allah, mereka tidak dapat memelihara Sabat; oleh sebab itu Tuhan membawa mereka keluar di mana mereka bisa mengingat hari suci-Nya itu....

Mukjizat tiga kali ganda dilakukan untuk menghormati Sabat, bahkan sebelum hukum Taurat diberikan di Sinai. Jumlah manna yang berlipat ganda jatuh pada hari keenam, tidak ada yang jatuh pada hari Sabat, dan bagian yang diperlukan untuk Sabat dijaga tetap manis dan segar, bilamana ada yang disimpan pada hari lain, maka makanan itu jadi tidak pantas untuk dimakan. Ini adalah bukti nyata bahwa Sabat itu ditetapkan pada Penciptaan, ketika fondasi dunia dibentuk, ketika bintang-bintang fajar bernyanyi bersama, dan semua putra Allah menyerukan sukacita. Dan kesuciannya tetap tak berubah, dan akan tetap demikian bahkan sampai akhir zaman. Sejak Penciptaan, setiap aturan hukum Ilahi bersifat wajib dilakukan umat manusia dan telah dipelihara oleh mereka yang takut akan Tuhan. Doktrin bahwa hukum Allah telah dihapuskan adalah salah satu perangkap Setan untuk kehancuran umat....

Sabda suci itu terutama diberikan kepada orang-orang Yahudi; bukan bangsa Israel, berarti tidak turut serta dalam umat pilihan Allah.... Sekarang para nabi menyatakan bahwa orang asing yang mau mengasihi dan menuruti Allah akan menikmati hak istimewa yang tadinya secara eksklusif milik umat pilihan. Signs of the Times, 28 Feb. 1884.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar