Selasa, 11 Desember 2012

12 Desember - MANAKAH YANG DIPERBOLEHKAN PADA HARI SABAT?



“Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya” (Lukas 6:6).

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka mendapat alasan untuk mempersalahkan Dia. Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri. Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”... Di sini Kristus menjawab pertanyaan yang diajukan-Nya. Ia berkata boleh melakukan kebaikan pada hari Sabat dan perlu. “Boleh,” kata-Nya. “Melakukan kebaikan pada hari-hari Sabat.”...

Seringkali dinyatakan oleh para rabi, menjadi adat kebiasaan mereka, tidak melakukan kebaikan ketika kesempatan ada; itu artinya melakukan kejahatan—menahan diri menyelamatkan nyawa walau memiliki kekuatan untuk melakukannya. Itu berarti mereka sendiri bersalah telah melakukan pembunuhan...mereka mengikuti Dia untuk menemukan kesempatan memberi tuduhan palsu pada-Nya; mereka sedang memburu hidup-Nya dengan kebencian yang dalam dan dendam, sementara Ia menyelamatkan hidup dan membawa kebahagiaan bagi para pendengarnya. Apakah lebih baik membunuh pada hari Sabat, sebagaimana yang mereka rencanakan, daripada menyembuhkan orang sakit, sebagaimana Ia telah lakukan? Apakah lebih benar bila ada rencana membunuh dalam hati pada hari kudus Allah, daripada memiliki kasih kepada semua orang dalam wujud kemurahan hati dan sukarela?...

Para penguasa saling bertukar pikiran tentang bagaimana mereka bisa menghindar dari nasihat kebenaran yang tegas ini, yang melalui perkataan dan perbuatan-Nya telah menarik orang banyak menjauh dari guru-guru di Israel. Meskipun pengaruh tandingannya, “dunia,” kata mereka, “sedang mencari Dia.” Tetapi mereka kira itu akan memberikan segala yang mereka inginkan; dan mereka berunding bagaimana menghancurkan Dia.

Kita melihat ini terjadi sekarang ini. Mereka yang melanggar hukum Allah, membuat perintah Allah tidak berlaku melalui tradisi mereka, ditambah dengan cemooh dan tuduhan-tuduhan kepada hamba-hamba utusan Allah untuk memperingatkan kejahatan mereka. Mereka bertekad untuk melenyapkan mereka, untuk mendiamkan suara mereka selamanya, bukan untuk meninggalkan dosa mereka yang telah menyebabkan teguran Allah itu. Review and Herald, 10 Agust. 1897

Tidak ada komentar:

Posting Komentar