Jumat, 27 Juli 2012

28 Juli - KEMATIAN ANAK SULUNG


“Maka tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung budak perempuan yang menghadapi batu kilangan, juga segala anak sulung hewan” (Keluaran 11:5).

Setelah Musa menyaksikan keajaiban-keajaiban Allah, imannya semakin kuat dan keyakinannya teguh. Allah telah membentuknya oleh pertunjukan kekuatan Ilahi, untuk memimpin laskar Israel dan sebagai seorang gembala umat-Nya, menuntun mereka dari Mesir. Ia terangkat di atas rasa takut oleh kepercayaannya yang teguh kepada Tuhan. Keberanian ini di hadapan raja mengganggu keangkuhannya, dan raja mengucapkan ancaman hendak membunuh hamba Tuhan itu. Dalam kebutaannya, ia tidak menyadari bahwa ia berperang bukan hanya melawan Musa dan Harun, tetapi melawan Tuhan yang agung, Pencipta langit dan bumi. Kalau saja Firaun tidak dibutakan oleh pemberontakannya, pastilah ia mengetahui bahwa Ia yang dapat melakukan mukjizat ajaib seperti yang sudah terjadi, akan memelihara jiwa hamba-hamba pilihan-Nya, sekalipun Ia harus membunuh raja Mesir. Musa sudah mendapatkan kepercayaan bangsa itu. Ia dianggap sebagai tokoh penting, dan raja tidak akan berani melukainya.

Musa masih memiliki pesan lain bagi raja pemberontak itu, dan sebelum meninggalkan raja ia tanpa gentar menyampaikan Firman Tuhan. “Pada waktu tengah malam Aku akan berjalan dari tengah-tengah Mesir. Maka tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung budak perempuan yang menghadapi batu kilangan, juga segala anak sulung hewan. Dan seruan yang hebat akan terjadi di seluruh tanah Mesir, seperti yang belum pernah terjadi dan seperti yang tidak akan ada lagi. Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor anjing pun tidak akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel.”...

Setelah Musa dengan sabar menggambarkan keadaan dan efek dari tulah mengerikan itu, sang raja menjadi teramat sangat marah. Ia dibuat marah sekali karena ia tidak dapat mengintimidasi Musa dan membuatnya gemetar di hadapan kekuasaan kerajaan. Tetapi hamba Tuhan bersandar di lengan yang lebih agung daripada raja duniawi mana pun. Signs of the Times, 18 Maret 1880.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar