“Menyuruh mereka
yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang
yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu” (Wahyu 13:14).
Terdapat orang-orang
Kristen sejati di setiap gereja, tidak menerima aturan Gereja Roma. Tidak ada
yang disalahkan sampai mereka melihat terang itu dan telah melihat kewajiban
dari hukum keempat. Tetapi ketika dekret dikeluarkan memaksakan sabat palsu,
seruan nyaring “malaikat ketiga” akan memperingatkan dunia terhadap penyembahan
binatang beserta patungnya, garis akan dengan jelas ditarik antara yang palsu
dan yang benar. Maka mereka yang masih terus berada dalam pelanggaran akan
menerima tanda binatang itu.
Dengan langkah cepat kita
sedang mendekati periode ini. Ketika gereja-gereja Prostestan akan bersatu
dengan kekuatan sekular dalam memelihara satu agama palsu, menentang apa yang dipertahankan
oleh nenek moyang mereka melalui penganiayaan paling keji, maka sabat kepausan
akan dipaksakan oleh perpaduan kekuatan gereja dan negara. Akan ada kemurtadan
nasional yang akan berakhir hanya dalam kehancuran nasional....
Oleh janji-janji dan
kelonggaran-kelonggaran, kaum Protestan mendukung kepausan, memberikan tempat
berpijak, di mana para pendukung paus sendiri terkejut melihatnya dan tidak memahaminya.
Dunia Protestan perlu bangkit untuk menolak kemajuan musuh paling berbahaya
terhadap kebebasan sipil dan agama ini.
Ketika pemerintah kelak
memaksakan dekret itu dan mempertahankan lembaga gereja, maka saat itulah
Amerika Protestan membentuk satu patung kepausan. Maka gereja yang benar akan
diserang oleh penganiayaan sebagaimana umat Allah di zaman kuno. Hampir setiap
abad diwarnai contoh-contoh tentang apa yang dapat dilakukan hati manusia, yang
dikendalikan oleh kemarahan dan kebencian, di bawah seruan melayani Allah
dengan melindungi hak-hak gereja dan pemerintah. Gereja-gereja Protestan yang
telah mengikuti jejak langkah Roma dengan membentuk persekutuan dengan
kekuasaan dunia telah memperlihatkan keinginan serupa untuk membatasi kebebasan
hati nurani. Betapa banyak pendeta yang tak mau berkompromi telah menderita di
bawah kekuasaan Gereja Inggris! Penganiayaan senantiasa mengikuti satu larangan
kebebasan beragama di pihak pemerintah-pemerintah sekular. Signs of the Times, 8 Nov. 1899.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar