Selasa, 13 November 2012

14 November - PATUNG BINATANG



“Menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu” (Wahyu 13:14).
   
Terdapat orang-orang Kristen sejati di setiap gereja, tidak menerima aturan Gereja Roma. Tidak ada yang disalahkan sampai mereka melihat terang itu dan telah melihat kewajiban dari hukum keempat. Tetapi ketika dekret dikeluarkan memaksakan sabat palsu, seruan nyaring “malaikat ketiga” akan memperingatkan dunia terhadap penyembahan binatang beserta patungnya, garis akan dengan jelas ditarik antara yang palsu dan yang benar. Maka mereka yang masih terus berada dalam pelanggaran akan menerima tanda binatang itu.

Dengan langkah cepat kita sedang mendekati periode ini. Ketika gereja-gereja Prostestan akan bersatu dengan kekuatan sekular dalam memelihara satu agama palsu, menentang apa yang dipertahankan oleh nenek moyang mereka melalui penganiayaan paling keji, maka sabat kepausan akan dipaksakan oleh perpaduan kekuatan gereja dan negara. Akan ada kemurtadan nasional yang akan berakhir hanya dalam kehancuran nasional....

Oleh janji-janji dan kelonggaran-kelonggaran, kaum Protestan mendukung kepausan, memberikan tempat berpijak, di mana para pendukung paus sendiri terkejut melihatnya dan tidak memahaminya. Dunia Protestan perlu bangkit untuk menolak kemajuan musuh paling berbahaya terhadap kebebasan sipil dan agama ini.

Ketika pemerintah kelak memaksakan dekret itu dan mempertahankan lembaga gereja, maka saat itulah Amerika Protestan membentuk satu patung kepausan. Maka gereja yang benar akan diserang oleh penganiayaan sebagaimana umat Allah di zaman kuno. Hampir setiap abad diwarnai contoh-contoh tentang apa yang dapat dilakukan hati manusia, yang dikendalikan oleh kemarahan dan kebencian, di bawah seruan melayani Allah dengan melindungi hak-hak gereja dan pemerintah. Gereja-gereja Protestan yang telah mengikuti jejak langkah Roma dengan membentuk persekutuan dengan kekuasaan dunia telah memperlihatkan keinginan serupa untuk membatasi kebebasan hati nurani. Betapa banyak pendeta yang tak mau berkompromi telah menderita di bawah kekuasaan Gereja Inggris! Penganiayaan senantiasa mengikuti satu larangan kebebasan beragama di pihak pemerintah-pemerintah sekular. Signs of the Times, 8 Nov. 1899.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar