Senin, 12 November 2012

13 November - MATERAI ALLAH DAN TANDA BINATANG



“Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka” (Wahyu 7:3).

Meterai Allah, bukti atau tanda kekuasaan-Nya, ditemukan dalam hukum keempat. Inilah    satu-satunya peraturan dari Sepuluh Hukum yang mengarah pada Allah sebagai Pencipta langit dan bumi, dan dengan jelas membedakan Allah yang benar dari semua allah palsu. Di seluruh Kitab Suci fakta tentang kuasa penciptaan Allah dikutip sebagai bukti bahwa Ia ada di atas segala dewa-dewa kafir.

Sabat yang diperintahkan dalam hukum keempat ditetapkan untuk memperingati pekerjaan Penciptaan, dengan demikian untuk menjaga pikiran semua orang tetap tertuju kepada Allah yang benar dan hidup. Kalau saja Sabat selalu dipelihara, maka tidak akan ada seorang penyembah berhala, seorang ateis, atau seorang kafir. Pemeliharaan kudus dari hari suci Allah tentunya akan menuntun pikiran manusia kepada Pencipta mereka. Hal-hal di alam tentu membawa ingatan kepada Dia, dan memberi kesaksian tentang kekuatan dan kasih-Nya. Sabat hukum keempat adalah meterai Allah yang hidup. Meterai itu mengarahkan kepada Allah sebagai Pencipta dan merupakan tanda dari kekuasaan-Nya yang benar atas makhluk yang dijadikan-Nya.

Kalau begitu tanda binatang itu apa, kalau bukan sabat palsu yang dunia terima menggantikan yang benar?... Pernyataan nubuatan bahwa kepausan akan meninggikan diri di atas segala sesuatu yang disebut Allah, atau yang disembah, sangat tepat digenapi dalam mengubah Sabat dari hari ketujuh menjadi hari pertama. Di mana pun sabat kepausan dihormati menggantikan Sabat Allah, di situlah manusia berdosa ditinggikan di atas Pencipta.

Mereka yang menegaskan bahwa Kristus telah mengubah Sabat secara langsung menentang perkataan-Nya sendiri. Dalam khotbah di atas bukit, Ia menyatakan, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”...

Katolik Roma mengakui bahwa perubahan Sabat dibuat oleh gereja mereka, dan mereka mengutip perubahan ini sebagai bukti wewenang tertinggi gereja ini. Mereka menyatakan bahwa dengan memelihara hari pertama dalam pekan sebagai Sabat, orang-orang Protestan mengakui kekuatannya untuk mengatur hal-hal Ilahi.... Saat penetapan hari Minggu mendapat dukungan, ia [pengikut paus] bergembira, merasa yakin bahwa itu pada akhirnya akan membawa seluruh dunia Protestan di bawah bendera Roma. Signs of the Times, 1 Nov. 1899.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar