“Tetapi TUHAN menyertai
Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya;
maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu” (Kejadian 39:2).
Sudah menjadi rencana Allah
agar melalui Yusuf, agama Alkitab diperkenalkan di tengah orang Mesir. Saksi
setia ini harus mewakili Kristus di istana raja-raja. Melalui mimpi-mimpi Allah
berkomunikasi dengan Yusuf di masa mudanya, memberikan dia isyarat tentang
kedudukan tinggi yang akan dipegangnya kelak. Saudara-saudara Yusuf menjual dia
sebagai budak untuk mencegah terwujudnya mimpi itu, tetapi perbuatan kejam
mereka justru membuat ramalan mimpi itu menjadi kenyataan.
Mereka yang berusaha
memutarbalikkan maksud Allah dan menentang kehendak-Nya untuk sementara waktu
kelihatan berhasil; tetapi Allah bekerja untuk menggenapi maksud-Nya sendiri, dan
Ia akan memperlihatkan siapa penguasa langit dan bumi.
Yusuf menganggap dirinya
dijual ke Mesir sebagai bencana besar yang dapat menghancurkan dia, tetapi ia
melihat perlunya percaya kepada Allah sebagaimana belum pernah dilakukannya
ketika dilindungi oleh kasih ayahnya. Yusuf membawa Allah bersamanya ke Mesir,
dan fakta itu terlihat oleh sikapnya yang ceria di tengah kesedihannya....Sudah
menjadi maksud Allah bahwa mereka yang mengasihi dan menghormati nama-Nya akan
dihormati juga, dan bahwa kemuliaan yang diberikan kepada Allah melalui mereka akan
dipantulkan ke atas diri mereka sendiri.
Karakter Yusuf tidak
berubah ketika ia ditinggikan ke satu kedudukan yang dipercaya. Ia ditempatkan
di mana kebajikannya akan bersinar dalam terang yang menonjol untuk
pekerjaan-pekerjaan baik. Berkat Allah ada padanya di rumah dan di ladang.
Semua tanggung jawab di rumah Potifar dipercayakan padanya. Dan dalam semua ini
ia memperlihatkan integritas kesetiaan, karena ia mengasihi dan takut akan
Allah.
Ditempatkan sebagaimana ia
dulu dalam masyarakat orang terpelajar, ia memperoleh pengetahuan tentang ilmu
pengetahuan dan bahasa. Inilah sekolah pelatihannya, bahwa di masa mudanya ia
bisa memenuhi syarat menjadi perdana menteri Mesir. Ia mempelajari hal-hal yang
diperlukan bagi kedudukan tingginya kelak. Ia mengumpulkan semua hikmat dan
pengetahuan yang tersedia baginya, dan ini tidak sedikit. Namun hatinya setia
kepada Allah. Pengetahuan manusia dan hikmat Ilahi dipadukan, agar ia menjadi
sinar yang menerangi, memantulkan cahaya terang Surya Kebenaran di tengah
kegelapan penyembahan berhala. Youth’s Instructor, 11 Maret 1897.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar