Jumat, 28 September 2012

30 September - PEMULIHAN PETRUS



“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” (Yohanes 21:15).

Petrus tidak pernah melupakan penyangkalannya terhadap Kristus dan berpikir bahwa itu bukan suatu dosa yang sangat besar.... Tidak ada pemulihan bisa lengkap kecuali sampai kepada kedalaman jiwa dengan kuasa Roh Kudus yang mengubahkan. Di bawah pengaruh Roh Kudus, Petrus berdiri di hadapan jemaat berjumlah ribuan dan dalam keberanian yang suci menyerang imam-imam dan para penguasa jahat dengan dosa yang ia sendiri pernah lakukan....

Setelah kebangkitan-Nya, tiga kali Kristus menguji Petrus, “Simon, anak Yohanes,” kata-Nya, “apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini? Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba- Ku.”... Ketika ketiga kalinya Kristus berkata kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” penyelidikan itu sampai kepada pusat jiwa. Sambil menilai diri, Petrus jatuh ke atas Batu itu, dengan berkata, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”...

Beberapa orang menegaskan bahwa jika satu jiwa tersandung dan jatuh, ia tidak akan pernah memperoleh kembali kedudukannya; tetapi contoh di hadapan kita bertentangan dengan ini. Sebelum penyangkalannya, Kristus berkata kepada Petrus, “Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Kristus memberikan bukti terkuat kepada Petrus tentang keyakinan-Nya akan pemulihannya....

Sekarang Petrus cukup rendah hati untuk memahami perkataan Kristus, dan tanpa mempertanyakan lebih jauh, murid yang tadinya gelisah, angkuh, percaya diri menjadi lunak dan sangat menyesal. Ia memang mengikuti Tuhannya—Tuhan yang telah disangkalnya. Pemikiran bahwa Kristus tidak menyangkal dan menolaknya, bagi Petrus merupakan satu terang dan hiburan dan berkat. Ia merasa bahwa ia bisa saja disalibkan karena pilihan, tetapi harus dengan kepala mengarah ke bawah....

Kristus adalah menara kekuatan kita, dan Setan tidak akan memiliki kuasa atas jiwa yang berjalan bersama Allah dalam kerendahan pikiran.... Jika kita bersandar pada hikmat kita sendiri, maka hikmat kita itu terbukti merupakan kebodohan. Tetapi jika kita mau memberikan diri kita sendiri tanpa mementingkan diri kepada pekerjaan itu, tidak pernah membelok sedikit pun dari prinsip, maka Tuhan akan mengulurkan tangan-tangan kekal ke sekeliling kita dan kelak terbukti menjadi penolong yang kuat. Youth’s Instructor, 22 Des.1898.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar