Selasa, 11 September 2012

13 September - KEYAKINAN YANG BERTAMBAH



“Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku” (Hakim-hakim 6:17).

Gideon menginginkan suatu tanda bahwa Dia yang sekarang sedang berbicara kepadanya adalah yang sama berbicara dengan Musa di semak belukar yang terbakar. Malaikat telah menyelubungi kemuliaan Ilahi dari hadirat-Nya, tetapi tak lain adalah Kristus, Anak Allah. Ketika seorang nabi atau malaikat menyampaikan pesan Ilahi, perkataannya adalah, “Tuhan berkata, Aku akan melakukan ini,” tetapi dikatakan oleh Orang yang berbicara dengan Gideon,
“Firman-Nya: Aku akan tinggal, sampai engkau kembali.”

Karena ingin memperlihatkan rasa hormat yang khusus kepada Tamu agungnya, dan setelah mendapat jaminan bahwa Malaikat itu akan tinggal, Gideon bergegas ke tendanya, dan mengolah anak kambing dan roti tidak beragi, yang dibawa ke hadapan-Nya. Gideon itu miskin, namun ia siap beramah tamah tanpa segan-segan.

Setelah pemberian disajikan, Malaikat itu berkata, “Ambillah daging dan roti yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan kuahnya.” Gideon melakukannya, dan kemudian Tuhan memberikan tanda yang diinginkannya. Dengan tongkat di tangan-Nya, Malaikat itu menyentuh daging dan roti tak beragi itu, dan api keluar dari batu itu dan melalap habis seluruhnya sebagai korban, dan bukan sebagai makanan sajian; karena Ia adalah Allah, dan bukan manusia. Setelah tanda karakter Ilahi-Nya ini, Malaikat itu pun menghilang.

Ketika sudah diyakinkan bahwa ia memandang pada Anak Allah, Gideon diliputi rasa takut, dan berkata, “Celakalah aku, Tuhanku ALLAH! sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan berhadapan muka.” Kemudian Tuhan dengan ramah muncul kepada Gideon untuk kedua kalinya dan berkata, “Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati.”...

Keluarga Gideon secara menyedihkan terpengaruh dengan penyembahan berhala. Ayahnya mendirikan sebuah mezbah Baal di Ofra tempat tinggalnya, untuk tempat penyembahan penduduk kota. Gideon diperintahkan untuk menghancurkan mezbah ini, menebang tiang berhala di dekatnya, dan sebagai gantinya mendirikan mezbah kepada Allah, di atas batu di mana persembahan tadi telah dilalap api, dan kemudian memberikan persembahan kepada Tuhan. Gideon dengan setia melakukan petunjuk ini, melakukan pekerjaan sepanjang malam, kalau tidak ia pasti dipaksa untuk menghentikannya jika dilakukan pada siang hari. Signs of the Times, 23 Juni 1881.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar