“Jika sekiranya aku
mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau
sendirilah yang berfirman kepadaku” (Hakim-hakim 6:17).
Gideon menginginkan suatu
tanda bahwa Dia yang sekarang sedang berbicara kepadanya adalah yang sama
berbicara dengan Musa di semak belukar yang terbakar. Malaikat telah
menyelubungi kemuliaan Ilahi dari hadirat-Nya, tetapi tak lain adalah Kristus,
Anak Allah. Ketika seorang nabi atau malaikat menyampaikan pesan Ilahi,
perkataannya adalah, “Tuhan berkata, Aku akan melakukan ini,” tetapi dikatakan
oleh Orang yang berbicara dengan Gideon,
“Firman-Nya: Aku akan
tinggal, sampai engkau kembali.”
Karena ingin memperlihatkan
rasa hormat yang khusus kepada Tamu agungnya, dan setelah mendapat jaminan
bahwa Malaikat itu akan tinggal, Gideon bergegas ke tendanya, dan mengolah anak
kambing dan roti tidak beragi, yang dibawa ke hadapan-Nya. Gideon itu miskin,
namun ia siap beramah tamah tanpa segan-segan.
Setelah pemberian
disajikan, Malaikat itu berkata, “Ambillah daging dan roti yang tidak beragi
itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan kuahnya.” Gideon melakukannya,
dan kemudian Tuhan memberikan tanda yang diinginkannya. Dengan tongkat di
tangan-Nya, Malaikat itu menyentuh daging dan roti tak beragi itu, dan api
keluar dari batu itu dan melalap habis seluruhnya sebagai korban, dan bukan
sebagai makanan sajian; karena Ia adalah Allah, dan bukan manusia. Setelah
tanda karakter Ilahi-Nya ini, Malaikat itu pun menghilang.
Ketika sudah diyakinkan
bahwa ia memandang pada Anak Allah, Gideon diliputi rasa takut, dan berkata,
“Celakalah aku, Tuhanku ALLAH! sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan
berhadapan muka.” Kemudian Tuhan dengan ramah muncul kepada Gideon untuk kedua
kalinya dan berkata, “Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan
mati.”...
Keluarga Gideon secara
menyedihkan terpengaruh dengan penyembahan berhala. Ayahnya mendirikan sebuah
mezbah Baal di Ofra tempat tinggalnya, untuk tempat penyembahan penduduk kota.
Gideon diperintahkan untuk menghancurkan mezbah ini, menebang tiang berhala di
dekatnya, dan sebagai gantinya mendirikan mezbah kepada Allah, di atas batu di
mana persembahan tadi telah dilalap api, dan kemudian memberikan persembahan
kepada Tuhan. Gideon dengan setia melakukan petunjuk ini, melakukan pekerjaan sepanjang
malam, kalau tidak ia pasti dipaksa untuk menghentikannya jika dilakukan pada
siang hari. Signs of the Times, 23 Juni 1881.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar